Saat yang ditunggu-tunggu tiba, yangkung and yangti
(panggilan untuk mertua saya) datang ke Jakarta. Tandanya bisa menitipkan 3 krucil ku selama saya and istri
menunggangi si biru. Terhitung sudah lama sekali gak pernah riding sama istri, mungkin terakhir adalah sekitar 5 tahunan yang lalu
Persiapan dilakukan malam sebelumnya, side bag saya pakai
menggantikan seat bag yang selama ini menempel di motor. Memang sih seat bag
ini bisa dikembalikan lagi jadi tank bag tapi kalau macet dan perlu selap selip
jadi cukup menggangu pergerakan tangan. Akhirnya saya pakaikan saja side bag
yang isinya jas hujan kami dan sangu air minum
Jam 5.15 perjalanan dimulai dari rumah mertua di sekitaran BSD, setelah pamit baca doa dan menitipkan anak-anak, tak lupa menyiapkan uang sedekah untuk di jalan.
Sudah menjadi kebiasaan untuk menyiapkan uang sedekah
sebelum dan ketika di perjalanan sebagai penolak bala.
Ini merupakan kali pertama si biru jalan jauh berboncengan
dan siapa lagi kalau bukan istri sendiri yang mendapat kesempatan pertama ini.
Jalanan masih sepi dan gelap seperti biasa sama seperti mau
berangkat kerja setiap harinya.
Saya and istri lewat lengkong wetan – graha raya – bintaro - rempoa – ciputat – raya parung – bogor.
Di bogor stop lagi sekitar pukul 6.30 untuk buang air kecil
and sarapan soto bogor sekitar tajur. Alhamdulillah nikmat dan menghangatkan
badan lagi, rasanya enak dan harga masih make sense sekitar 20rb yang tergolong
mahal untuk kaki lima. Tapi cukup puas dengan rasanya
Perjalanan kami lanjutkan sekitar jam 7.15 langsung mulai
mendaki jalan raya puncak.
Puncak merupakan salah satu favorit track saya terutama
ketika mulai memasuki perkebunan teh, apalagi kalau bukan karena jalan
meliuk-liuknya.
Si biru mulai saya jajal kemampuannya dalam bermanuver
sambil berboncengan apalagi ban belakang sudah upgrade pakai velg 6” dan karet
bundar sudah upgrade pakai Battlax T30 180/55 R-17 dan depan 120/60 R-17. Makin
mak nyus dan stabil melewati tikungan, sangat beda rasanya ketika masih pakai Dunlop
bawaan motor (160/60 R17 dan 120/60 R17) karena sering sekali secara tidak sengaja melakukan power slide.
Sangat puas dengan si biru ini karena karakter mesinnya
sesuai dengan karakter riding saya yang merupakan pemain torsi bukan pemain RPM
tinggi.
Jam 08.00 akhirnya sampai melrimba garden dan hasilnya
adalah chicken strip di ban belakang tinggal +/- 0.5 cm. chicken strip ini
adalah bagian pinggiran ban yang belum menapak di aspal. Mungkin sisa segitu
karena efek berboncengan, karena feeling saya sih belum sampai elbow down
seperti pembalap-pembalap itu lo……
Salut buat istri saya berani juga saya bawa gitu meski pakai
teriak-teriak segala kalau sudah terlalu miring. Yah namanya naik motor kl gak
mereng-mereng kurang asik
Masuk melrimba garden cukup bayar Rp. 3,000 karena motor dan
langsung boleh masuk ke dalam ke area parkiran mobil, apa karena moge ya? Karena
di samping pos masuk ada tulisan parker motor.
Security didalam juga mengarahkan saya menuju tempat parker.
Setelah itu mulai lah kita menikmati melrimba garden kalau mau lanjut tea walk and garden walk bayar Rp. 15,000 per orang, Menurut saya, kalau
bawa anak-anak menyenangkan juga kesini apalagi bagi penyuka taman. Selain itu
juga banyak permainan dan aktifitas yang bisa dilakukan disana sambil menikmati
hawa sejuk pegunungan. Lebih lengkapnya mengenai melrimba garden bisa lihat di
websitenya disini http://www.melrimbagarden.com/
Sementara saya dan istri cukup menikmati jalan di taman,
sedikit tea walk and foto-foto tentunya
Perjalanan kami lanjutkan sekitar pukul 9.30 turun dan
berhenti lagi di masjid Puncak yaitu masjid At Tawuun untuk beribadah dan rehat
sejenak
Kurang lebih pukul 10.30 kami turun kea rah bogor and lunch
di bogor kemudian lanjut pulang lewat jalan raya parung. Cuaca panas dan
terkadang mendung cukup menguras stamina.
Saya iseng pilih jalur melalui gunung sindur karena bisa
tembus BSD, seminggu setelah selidik ternyata jalan yang kami lalui salah
karena banyak jalan rusak, harusnya lewat jalan yang satu lagi. Tapi gak apalah
cukup seru bisa menguji daya tahan si biru sambil berboncengan lewat jalan yang
rusak.
Meski jalan rusak tapi kami lebih cepat sampai rumah,
tercatat potong jalan ini hanya makan waktu sekitar 30 menit saja untuk sampai
ke BSD. Tapi hasilnya si biru kotor betul dan babak belur dengan lumpur
Alhamdulillah jam 13.00 sudah sampai lagi di rumah mertua
disambut 3 A. anak pertama dan kedua kami langsung lari menyambut papa mamanya,
yang nomor tiga digendong mamanya nangis, rupanya gak mengenali karena mamanya
pakai helm.
seru sekali kembali pacaran dengan istri sendiri, rasanya jadi seperti jatuh cinta lagi and lebih fresh lagi
Good job! Keep on writing and touring. :)
ReplyDeletesip deh, mohon bimbingannya ya bu:)
ReplyDelete