WIB to WITA...... touring menembus zona waktu yaitu WIB to WITA, supaya tidak terlalu capek dan efektif maka touring dimulai dari Surabaya dan berakhir di Bali dengan kata lain motor dijemput awal H-3 keberangkatan dan tiba H+2 kedatangan ridernya. Touring kali ini diikuti oleh 4 rider saja dan line up motornya adalah si biru, 1 ER6N, 1 HD sportster, dan 1 Nmax. Tidak terlalu banyak tapi menurut saya pas saja dengan 4 motor waktu perjalanan tidak terlalu molor dan lebih mudah juga mengaturnya selain itu faktor biaya yang boleh dibilang tidak sedikit jadi concern rekan-rekan yang urung ikutan.
Day I: 3 Sep 2016
Riders berangkat dengan first flight to Surabaya, sambil ngantuk-ngantuk serta tidur juga di pesawat dan hampir tidur juga di motor efek berangkat dari rumah dini hari. Meeting point dengan motor adalah di McD dekat dengan bandara Juanda Surabaya, meeting point yang bagus karena bisa sekalian sarapan ridernya beserta motornya karena disebelah McD persis ada pom bensin pertamina.
Perjalanan kali ini saya berkesempatan juga test bluetooth communicator V5 yang katanya bisa bicara sekaligus 5 rider dan kali ini hanya 3 rider saja yang pakai. Setelah sarapan dan setting bluetooth yang memakan waktu cukup lama karena masih nubie akhirnya rombongan jalan pukul 09.00. Review pemakaian bluetooth V5 yang artikelnya disini
Rombongan berjalan ke arah porong dengan jalanan yang ramai lancar tanpa macet dan berhenti di wisata lumpur Sidoarjo, nah disini ada spot berhenti parkir bus wisata dan motor bisa naik ke atas tanggul cukup bayar Rp. 10,000 / motor dan rider. Berhenti sebentar saja diatas tanggul sudah langsung dihampiri pemuda disana yang menawarkan CD sejarah bencana lumpur yang menurut saya sebenarnya sumbangan untuk warga situ juga dengan harga CD Rp. 70,000. Ditawarkan juga untuk diantar ke pusat semburan jadi bisa melihat dengan jarak 10 meteran saja dan bisa berfoto juga tapi kami gak kesana karena Bromo jadi tujuan hari pertama kami ini.
Karena tidak ada tukang jual minuman diatas tanggul akhirnya kami turun dan lanjut perjalanan lagi ke arah Pasuruan dan Probolinggo. Jalanan yang cukup kosong dan aspal yang relatif mulus membuat mudah memacu kendaraan diatas 80 kpj, tapi perlu waspada juga kadang banyak juga pengendara motor lain yang jalan juga dengan speed yang cukup tinggi. Rombongan tetap saya atur ritmenya dengan speed antar 80 - 100 kpj saja supaya lebih enak dan tidak terlalu menguras tenaga. Karena terlalu menikmati jalan, harusnya kami belok ke kanan setelah RM Tongas Asri ke arah Bromo akhirnya malah belok di kota Probolinggo ke arah kanan, break dulu lunch dan solat di tempat makan kaki lima setelah terminal waktu menunjukkan pukul 11.30
Selesai break dan hidrasi, perjalanan dilanjutkan naik terus ke atas Bromo lumayan asik juga ada jalan menikung lengkap buat latihan menikung. Sebelum masuk Bromo bayar retribusi Rp. 10,000 plus Rp. 34,500 per rider. Masuk Bromo kira-kira pukul 13.00 dan lucky to us jalanan ke padang pasir tidak ditutup akhirnya kami masuk saja dan berhenti di spot yang kira-kira bagus dan mulailah berfoto-foto. Mobil support car yang saya kira mau istirahat di hotel malah ikutan main di padang pasir Bromo ini mumpung gak ada blokade dari jip hardtop karena sudah sepi. Cukup seru juga test kelihaian berkendara di atas pasir yang bikin sport jantung ketika selip dan mau jatuh, haha
Road to Bromo |
Puas berfoto-foto dan menikmati Bromo, perjalanan dilanjutkan lagi ke Probolinggo karena sudah pesan penginapan disana. Pukul 15.30 kami sampai di Rumah Wahidin Guest House yang menurut saya recommended dengan harga sekitar Rp. 200,000 ++ sudah mendapatkan tempat istirahat yang tenang dan bersih, hanya saja ketika pagi hari air kamar mandinya kecil karena banyak yang mandi.
Dari perbincangan dengan driver support car, next trip seharusnya kami menginap di Bondowoso saja supaya bisa naik ke kawah Ijen pagi-pagi dan udara segar.
Makan malam di hotel pun rasa makanannya enak dan harga terjangkau juga, bisa titip ke orang hotel untuk membelikan nasi Jagung beserta lauknya dibungkus untuk dimakan di hotel tapi porsinya guede tenan alias porsi besar.
Day II: 4 September 2016
Sarapan as per plan sudah siap jam 06.00 jadi tidak terlalu banyak waktu terbuang. Selesai sarapan dan berberes jam 07.30 rombongan jalan menuju Bondowoso. Rupanya dari Probolinggo ke arah timur jalanan relatif sempit hanya 1 jalur saja dan aspal tidak mulus-mulus banget tapi tetap bisa diajak high speed di 60 kpj keatas. Sempat berhenti untuk refuel HD dan saya tanya-tanya ke local people arah ke Bondowoso dan PLTU Paiton, selesai menjelaskan mereka malah tanya balik dari mana? rombongan berapa motor? kok tidak di kawal polisi atau voorider? saya balas ketawa saja, ah ngapain pak pakai kawalan polisi kaya baru belajar aja naik motor.
30 menit dari stop point SPBU sampai juga di PLTU Paiton, cari-cari tempat berhenti gak dapat juga karena ada pagar pembatas dan pagarnya di tutup oleh polycarbonate akhirnya terpasa juga hanya menikmati sambil jalan dan direkam oleh action cam saja.
Beberapa km setelah paiton ada penunjuk arah belok kanan ke Bondowoso dari sini malah aspalnya mulus dan trek relatif lurus setelah itu mulai masuk hutan dan jalur mulai berkelok lengkap, wah puas sekali aspal super mulus banyak tikungan dan traffic yang sepi buat ngabisin chiken strip.Menjelang masuk Bondowoso malah aspalnya mulai tidak begitu mulus lagi. Dari Bondowoso ambil arah lagi ke Situbondo dan nanti ada arah ke kanan ke kawah Ijen langsung gas belok ke kanan menuju Ijen. Menuju Ijen ini jalanan sedikit menyempit dan aspalnya tidak terlalu bagus juga jadi tidak bisa menikmati full corneringnya. Sebelum masuk pos sempat disuguhi pemandangan bukit rumput seperti di bukit film teletubies, sayang tempat berhentinya kurang memadai. Masuk di pos harus isi buku tamu dan bayar retribusi seikhlasnya, mau dikasih Rp. 40,000 malah ditolak akhirnya kasih Rp. 20,000 saja untuk 4 orang. Sampai sini sekitar jam 10,30 dan disamping pos ada warung jadi kami pesan Indomie telor dan yang paling nikmat adalah kopi arabica khas Ijen yang khas adalah rasa sepet-sepetnya itu, teman-teman yang penikmat kopi senang betul tapi saya ya biasa aja karena bukan penggemar kopi.
Road to Bondowoso |
Kawah Ijen terkenal dengan api birunya yang hanya bisa dilihat dini hari sekitar pukul 02.00 saya belum telaah lebih jauh di google menurut saya sih ini adalah api dari pembakaran etanol kali ya kalau siang malah memang tidak terlihat nyala apinya. Perjalanan dari pos aspal lumayan bagus tapi track mulai sempit ngepas untuk 2 mobil. Ada beberapa spot bisa berhenti dan berfoto di bukit teletubies serta taman bunga dan jalan sempat eksotis juga dimana jalan yang sempit jadi lebih sempit lagi karena ilalang kanan kiri jalan dan penuh bunga. Sebetulnya ada kawah satu lagi selain kawah Ijen dimana kendaraan bisa masuk dan parkir disamping kawah serta kawah Ijen yang harus jalan cukup jauh dari parkiran, tapi kami juga urung untuk turun di kedua kawah ini dan lanjut jalan saja.
Sebelum kawah Ijen saya melihat ada sungai kecil yang airnya hijau dan saya mulai bertanya-tanya dalam hati kenapa ya kok hijau? eh terjawab sudah didepan ada stop point rupanya yang namanya kali pahit, dan airnya hijau karena kandungan belerangnya tinggi. Tidak kalah cantik pemandangannya disini ada air terjun juga bedanya gak ada yang mandi-mandi hanya rendam kaki saja.
Setelah puas berfoto lanjut jalan lagi mulai menuruni gunung dan the best partnya adalah turun gunung - berkabut - sejuk dan pemandangan gunung plus aspal yang relatif mulus, wah nikmat betul rasanya. Ada spot lagi yang kami tidak sempat berhenti adalah lepas dari hutan langung disuguhi pemandangan dari atas gunung ke arah kota Banyuwangi dan lautan lepas. Top abis memang, sayangnya hanya kerekam di otak masing-masing dan action camera saja, ini merupakan jalan dari kawah Ijen menuju kota Licin namanya.
Turun dari kawah Ijen |
Banyuwangi city view from above |
Pukul 13.30 kami stop di Banyuwangi dan lunch dulu, sekitar pukul 15.00 kami naik kapal dari Ketapang menyebrang ke Gilimanuk. Kurang lebih pukul 17.00 WITA sudah landing di Gilimanuk, sempat tertahan sedikit di pos pemeriksaaan polisi di Gilimanuk karena ada rekan yang lupa sim nya habis beberapa hari yang lalu. Dari Gilimanuk belok ke kiri ke arah Singaraja jalanan mulus dan track lurus serta tidak ada pemukiman penduduk, disini bisa betot sedalam-dalamnya dan bisa test top speed kalau saya sih main save saja tapi rombongan saya ajak cruising di 100 kpj saja. Tidak lupa juga setelah track lurus disuguhi tikungan lagi dengan jalan lebar dan aspal mulus, mak nyuss......
Sekitar pukul 18.30 berhenti di kaki lima yang jualan Nasi Jinggo di daerah Singaraja kemudian putar balik ke tempat penginapan di Pantai Lovina. Malam ini kami stay di Rambutan boutique hotel tanpa AC dan dekat pantai ratenya sekitar Rp. 385,000 yah not bad lah yang penting bisa istirahat.
Day III: 5 September 2016
Sempat ada rencana untuk lihat lumba-lumba tarifnya Rp. 100,000 per orang tapi setelah diskusi dibatalkan karena belum tentu lumba-lumbanya kelihatan akhirnya kami hanya menikmati sunrise saja di pantai Lovina yang tinggal jalan kaki sampai tak lupa beli sarapan nasi bungkus juga disini karena breakfast hotel baru ready jam 07.30 jadi terlalu banyak waktu terbuang untuk menunggu.
Sekitar pukul 07.00 kami mulai berjalan menuju Singaraja kemudian belok kanan menuju gunung Batur disini juga disuguhi jalur cornering yang cukup mantap apalagi setelah masuk ke area Kintamani yang aspalnya mulus dan jalan sudah lebar. Tidak lupa berfoto dulu dengan background gunung Batur dan danau Batur, daerah ini menurut saya adalah best spotnya di trip ke Bali.
Dari Batur lanjut ke Besakih dan berhenti di Pura Besakih pukul 09.30 yang merupakan pusat Pura yang ada disini. Rupanya agak dipaksa ambil guide juga setelah nego dapat harga Rp. 150,000 saja diluar sewa kain per orang Rp. 10,000. Di pura ini wajib pakai kain sarung kalau tidak maka tidak boleh masuk oleh pemuda penjaga Pura ini.
Puas berfoto dan istirahat lanjut ke Gianyar dan lunch di Gianyar karena tidak ada mesjid maupun musholla lanjut lagi jalan ke Ubud melewati Monkey Forest agak menyesal juga tidak berhenti di monkey forest ini karena tempat berhenti cukup lega. Ubud ini merupakan tourist attraction point jadi banyak sekali bar, resto, toko souvenir dan konsentrasi massa turis asing paling banyak disini. Karena di Ubud susah untuk parkir moge lanjut lagi jalan ke arah Tol laut, nah dari Ubud menuju tol laut inilah paling disiksa, sudah jalanan panas ditambah macet lagi. Tapi semua terobati setelah rehat sejenak sebelum masuk tol laut dan tambah refresh lagi ketika masuk tol laut. Tadinya masuk tol laut hanya mau dari Denpasar lanjut arah bandara tapi akhirnya malah saya bikin lanjut ke Nusa dua biar puas sekalian deh dan dari Nusa dua baru ke arah Bandara, tarifnya pun murah hanya Rp. 4,500 saja sekali jalan. Disini siksaan masih belanjut sampai mendekati hotel Losari Sunset di jalan Sunset raya baru siksaan berakhir macet dan panasnya. Terpaksa tujuan ke tanah lot di cancel karena sudah pada kecapean dan kepanasan, lanjut pukul 16.00 check in di hotel.
Malamnya setelah dinner lanjut ke Krisna pusat oleh-oleh yang berjarak 15 menit perjalanan dari hotel dengan berjalan kaki, wah oleh-oleh bajunya relatif murah menruut saya dan reasonable price. Tidak heran banyak turis asing dan domestik banyak juga kesini. Selesai belanja tibalah saatnya motor kembali di angkut untuk dibawa ke Jakarta lagi.
Setelah bayar tol |
Tol laut Bali |
Malamnya setelah dinner lanjut ke Krisna pusat oleh-oleh yang berjarak 15 menit perjalanan dari hotel dengan berjalan kaki, wah oleh-oleh bajunya relatif murah menruut saya dan reasonable price. Tidak heran banyak turis asing dan domestik banyak juga kesini. Selesai belanja tibalah saatnya motor kembali di angkut untuk dibawa ke Jakarta lagi.
Day IV: 6 September 2016
End of trip kembali ke Jakarta dengan pesawat pukul 08.30. Total trip kali ini adalah 655.2 KM dengan fuel consumption 27.5 km / liter
Bromo 34,000 ft from above |
thanks to all riders and support crew, sampai bertemu di ride selanjutnya
*** setelah si biru sampai jakarta baru tahu seal shock depan kanan dan kiri sudah bocor minta ganti. Hahaha gak kuat rupanya terlalu banyak cornering high speed 3 hari itu.
Yang penasaran sama total biaya touring Bali ini adalah Rp. 4,500,000 all in diluar bensin motor masing-masing dan oleh-oleh
Yang penasaran sama total biaya touring Bali ini adalah Rp. 4,500,000 all in diluar bensin motor masing-masing dan oleh-oleh
No comments:
Post a Comment