Brebet atau loss power....... jadi gejala di Z900 milik kawan saya. Z900 nya keluaran 2017 dan teman saya beli kurang dari satu bulan yang lalu. Gejala yang dirasakan adalah setelah riding sekitar 1 jam lebih dan gas dibetot sampai 8,000 RPM tiba-tiba loss power. Saya jadi ingat dulu Ninja 650 juga mengalami hal yang sama di 5,000 - 6,000 RPM karena tangki yang berkarat (artikel bisa dilihat disini)
Saklar Kanan....... jadi perhatian saya ketika CB150X ini launching karena absen nya fitur engine kill dan hazard, tentunya karena saya terbiasa menggunakan motor dengan kedua fitur tersebut. Setelah cari-cari di online store akhirnya dapat juga saklar kanan PCX hybrid yang cocok dengan saklar sebelah kirinya. Disini saya baru tahu juga ternyata ada matic yang punya engine kill switch, biasanya pada matic yang ada adalah sistem idling stop yang di hidup dan matikan.
Standar samping....... jadi piranti yang pasti ada di sepeda motor yang ada di pasaran tidak seperti standar tengah yang mana motor sport biasanya tidak ada. Redex si CB150X saya sangat terasa kalau standar sampingnya terlalu pendek sehingga posisi motor ketika menggunakan standar samping menjadi terlalu miring apalagi si Redex sudah ganti ban Maxxis meski sizenya sama dengan standar tapi profilenya malah lebih tinggi.
 |
| Bawaan yang kiri (terpasang), Honda Win yang kanan |
REDEX...... Honda CB150X berwarna merah ini akan menemani hari-hari saya bermotor kedepan menggantikan si Koneng Aerox 155 yang sudah berpindah tangan. Menarik juga sebenarnya kenapa kok saya bisa ambil motor ini, yaitu berawal dari ajakan sahabat saya ketika CB150X ini launching. Tadinya motor ini mau saya beli kemudian di jual lagi. Ketika saya coba iklankan CB150X, saya juga menawarkan si Koneng Aerox 155 ke teman di kantor juga. Ternyata malah lebih cepat lakunya si Koneng dibandingkan Redex. Setelah 1 bulanan Redex bertapa di bengkel langganan untuk modifikasi dan menunggu plat nomor keluar, akhirnya sampai juga di Balikpapan deh.
Koneng...... setelah 3-1/2" tahun bersama dan 21,000 km tibalah saatnya untuk berpisah. Sebenarnya yang saya put on sale adalah 1 motor baru lagi CB150X (yang belum ada namanya) dan RedZee, tapi berhubung teman gak jadi ambil RedZee jadinya malah si Koneng yang laku duluan. Koneng sebetulnya termasuk motor yang tidak rewel, desain yang keren, bagasi yang luas, tapi sayang top speed nya saja kurang tinggi. List oprekan bisa teman-teman search saja di blog ini.
Lampu...... jadi bagian penting pada motor apalagi sudah lama ada kewajiban untuk selalu menyalakan lampu utama demi menaikkan visibilitas di jalanan. Kebetulan RedZee 2018 lampunya masih halogen kuning dan jadinya berasa outdated. Sebetulnya sudah lama ingin ganti lampu yang bewarna putih supaya kekinian dan juga sudah tidak pernah jalan di malam atau pagi setelah subuh jadi kita gas saja ganti warna putih.
Plastik......... merupakan barang yang selalu hadir dalam keseharian kita dan selalu hadir dimana-mana. Nah seperti yang saya tuliskan pada artikel sebelumnya disini ketika pindahan ke Kalimantan, semua kendaraan roda dua saya dibungkus menggunakan plastik wrap kemudian terakhir ditutup menggunakan kardus. Masalah timbul ketika setelah dibungkus motor dinyalakan / dipanaskan oleh orang lain sehingga plastik pembungkus yang menempel di header knalpot jadi ikutan nempel.
Pindahan....... ya sudah lama sekali tidak update blog karena sibuk pindahan ke Balikpapan dalam rangka dinas. Pindahan ini tentunya menyita waktu, tenaga, dan pikiran sehingga menghasilkan 1 mobil, koneng (Aerox), RedZee (Z900), dan 18 collie barang rumah tangga yang juga akan menyertai kepindahan kami.
Engine Guard...... jadi part asesoris yang mau saya beli karena engine slider yang ada kurang bisa melindungi bagian penutup spul dan kopling yang offset pada RedZee. Ada beberapa pilihan di market yang pertama model tertutup semua seperti RnG dan yang setengah terbuka dengan corak warna tetapi non brand seperti yang saya pilih.
Saklar kanan....... artikel ini sebetulnya lanjutan dari artikel sebelumnya (disini) dimana saya ganti saklar kanan untuk hazard dan fog lamp. Kali ini kebetulan saya sudah dapat saklar kanan model Aerox S version dengan harga murah (sekitar Rp. 100,000)
Turun Mesin...... ketika saya dan teman-teman touring ke Citorek Banten, nasib kurang baik harus dialami oleh Nmax teman saya karena Nmaxnya ketika sampai di puncak gunung Luhur Citorek mati dan tidak mau hidup. Analisa awal memang mesin nya terlihat panas kelihatannya panas dari area CVT karena memang pada etape terakhir tanjakannya cukup sadis dan menyiksa motor Nmax dan Vespa Primavera teman saya. Memang sih kedua teman saya ini bobotnya memang lebih jadi mesin motor masing-masing pasti bekerja lebih extra dibanding si Koneng Aerox saya.
Angel Scooter...... sudah menemani si Koneng selama 2 tahun dan sekitar 15,000 km. Performancenya memuaskan selama saya pakai AS baik itu di aspal kering maupun aspal basah, bisa diintip juga disini untuk impresi awalnya. Langsung saja deh gimana reviewnya setelah 15,000 km pemakaian, cekidot.....
R9....... Misano series adalah knalpot yang sudah terpasang di si Koneng Aerox saya selama 1 tahun lebih ini. Riset cukup panjang juga saya lakukan mulai dengan pasang DB killer (artikel disini) sampai mengecilkan leher knalpot (artikel disini). Tapi tetap saja namanya manusia pasti tidak puas juga jadi kembali saya mau oprek. Di konfigurasi terakhir suara nya jadi lembut banget dan tarikan lebih ngisi, saya inginnya knalpot ini lebih galak suaranya dan juga tarikannya lebih yahud lagi. Setelah sebelumnya melakukan perbaikan karbon di mas Birin dari BR knalpot (artikel disini) jadi saya percayakan lagi modifikasi ini ke bengkel yang sama.
Karbon....... jadi barang yang tidak asing lagi saat ini terutama bila menyangkut aftermarket part untuk kendaraan. Karbon jadi pilihan karena ringan, sifatnya yang menggungguli metal, tahan karat, dan tahan korosi. Karbon atau serat karbon ini sekarang jadi part yang lumrah juga yang ada di knalpot atau bodi motor tapi jangan lupa dibedakan antara stiker karbon dengan serat karbon beneran ya bros. Karbon terdiri dari serat karbon yang kemudian di mix dengan matrix atau resin sehingga menghasilkan karakteristik serat karbon yang saya sebutkan diatas, berbeda dengan stiker motif karbon ya cuma stiker dengan motif serat karbon saja dong.
Nah RedZee ketika saya beli sudah pakai knalpot SC project yang tip belakangnya memakai material karbon, dikarenakan kesalahan ketika parkir di tanjakan tidak masuk gear si RedZee melorot turun dan rebahan sehingga karbon jadi rusak. Setelah sekian lama ketemu juga bengkel knalpot yang bisa memperbaiki karbon ini karena material karbon kalau sudah pecah maka dia akan merembet kerusakannya.
Bantal..... jadi opsi saya untuk membuat kursi belakang RedZee menjadi lebih empuk sebelum diputuskan untuk merubah bentuk seat belakang. Istri saya komplen karena RedZee ini tidak enak buat boncengan karena bentuk seatnya yang kecil dan keras busanya (review Z900 bisa diintip disini). Sayangnya, dipasaran tidak tersedia aftermarket product untuk pillion seat sehingga saya mencari bantalan saja. Pilihan jatuh pada bantalan seperti foto dibawah ini.
Ninja 1000.... aka Z1000SX merupakan sport touring 4 cylinder bike, saudara satu darah dengan Z1000 Sugomi yang merupakan naked bike kasta tertinggi di Kawasaki. Bedanya Ninja 1000 ini sudah dipakaikan baju alias fairing, kapasitas tangki yang lebih besar, dan riding aid.
Kebetulan beberapa waktu lalu teman saya baru membeli N1000 dengan Nik 2013 tentunya dengan peremajaan tangki serta fuel pump nya sehingga segar bugar tidak mengidap penyakit karat tangki seperti di ER6N yang artikelnya bisa dilihat disini. Setelah kawan saya ini melakukan modifikasi di knalpot dengan membuang middle muffler dan ganti slip on custom, saya sempatkan untuk jajal N1000 ini. Gimana quick review dari N1000 terutama kalau dibandingkan dengan Z900 dan ER6? Cekidot......
*** review Z900 bisa intip disini, kalau N650 ER6F bisa diintip disini
