Thursday, July 4, 2024

Goodbye Karimun

36,154 km......  dan 4-1/2" tahun adalah waktu yang kami habiskan bersama si Mumun. So far tidak ada kendala berarti selain knalpot dibagian belakang udah mulai banyak bunyi-bunyian pada putaran RPM 1,200 - 1,800. Problem ini belum solved juga setelah saya coba ganti engine mounting, ganti karet gantungan knalpot serta las ulang lagi di bagian sambungan yang tempo hari patah untuk kedua kalinya. Bunyi hilang beberapa bulan kemudian mulai timbul lagi sekitar 50% nya, sepertinya masalah ada pada bagian saringan knalpot itu sendiri karena usia.



Semenjak 1-1/2 tahun Sigra hadir di keluarga kami, praktis si Mumun ini menjadi jarang jalan karena kegiatan antar jemput anak sekolah hari Senin Selasa dan Rabu saya yang handle dengan naik Sigra. Karimun kebagian baru jalan di hari Kamis dan Jumat saja. Weekend saya cuci dan sisanya hanya duduk manis saja di car port.


Rupanya ini menjadi kan masalah tersendiri yaitu timbulnya karat pada lumayan banyak titik di si Mumun antara lain di pilar A bagian bawah dekat dengan kap mesin, kap mesin bagian dalam, pinggiran kap mesin, sekeliling lampu sen, lubang air bagian bawah pintu depan, dan bagian dalam tutup bensin. Ekskalasi karat selama 1 tahun terakhir juga cukup memprihatinkan meski saya sering berikan cat tapi tetap saja bertambah terus karatnya (karat tidak sempat saya dokumentasikan sangkin kesal dan sedihnya). Ada bagian yang catnya mulai nongol dan saya yakini dibalik catnya pasti sudah ada karat dan ada juga yang karatnya langsung kelihatan.



Beberapa keunggulan dari si Mumun menurut saya:

  • Body kecil dan ramping jadi mudah selap selip di jalanan kota tidak seperti mobil besar
  • Tenaga cukup mupuni dan mesin responsif karena 3 silinder
  • Minim perawatan dan tidak rewel mesinnya, kaki-kaki juga cukup kuat
  • AC dingin, Sigra saja juga kalah dingin dibandingkan Karimun



Kekurangan:
  • Bensin cukup boros karena kontur kota Balikpapan banyak naik turun dan istri saya biasa ngebut (dalam kota konsumsinya 1 : 11 - 12, kalah dengan Sigra yang bisa 1 : 14 paling borosnya)
  • Menghadapi tanjakan curam harus ambil ancang-ancang apalagi kalau hujan, istri saya ada pengalaman tidak menyenangkan karena kurang ancang-ancang sehingga mobil tidak mau menanjak
  • Transmisi maticnya adalah AGS (Automatic Gear Shift) yang merupakan transmisi manual tetapi diberikan modul kopling dan hidrolik untuk oper perseneling, bagi kebanyakan yang baru pakai pasti sedikit canggung karena beda tidak seperti matic conventional.

Sebetulnya kami masih sayang dengan si Mumun karena masih kinclong dan tidak pernah rewel hanya mulai kesempitan sih kalau pergi berlima karena anak-anak sudah pada mulai besar. Ortu, mertua, dan Adik saya  di Jakarta juga sempat tertarik dengan Karimun saya ini sebelum dijual. Akhirnya Mumun harus kami relekan untuk dijual sebelum masalah karat ini menjadi lebih parah.


Pelajaran yang dapat diambil adalah mobil harus sesering mungkin kena panas atau dipakai jangan terlalu sering parkir berdiam diri terutama setelah dicuci, apalagi saya tinggal di komplek yang dekat sekali dengan pantai sehingga uap air laut ini memperparah efek karatnya. Saya kurang paham juga apakah finishing dari cat Karimun yang kurang baik sehingga banyak timbul karat atau tidak. Tetapi jika dibandingkan dengan Sigra, karat relatif tidak timbul terutama pada bagian yang catnya terkelupas, kalau di Mumun ada cat terkelupas cepat sekali timbul karatnya.


Semoga bermanfaat.....

Btw, gantinya apa? silahkan nantikan artikel selanjutnya. Semoga masih bisa punya waktu luang bagi saya untuk mulai rutin menulis lagi di blog ini





No comments:

Post a Comment