Getar....... ini yang dialami Karimun istri saya setelah 3 tahunan dan sekitar 26,000 km berjalan. Getaran terasa pada RPM 1,500 - 2,000 kadang terasa dari daerah mesin dan seringnya terasa bergetar sampai knalpot dibelakang. Setelah panggil mekanik dan juga baca-baca curhatan pemakai di grup FB maka di vonis harus ganti engine mounting.
Knalpot...... menjadi salah satu bagian yang turut mendongkrak penampilan mobil. Kebetulan sekali ketika browsing - browsing toko online saya lihat ada tip muffler ini sepertinya menarik dari stainless plus juga harganya tidak terlalu mahal. Memasangnya juga cukup mudah, tinggal masukkan dan kencangkan penjepitnya menggunakan kunci 10.
Mogok....... karena ada mainan baru si Sigra tentunya saya tidak tahan untuk mulai modif sana sini terutama modif perlampuan. Additional stop lamp yang saya pasang sendiri ada di artikel sini, selain itu saya berencana pasang DRL untuk di bagian depan. Supaya DRL ini menyala ketika kontak maka kita harus cari listrik yang akan on ketika mobil di stater, disinilah masalah berawal dimana saya mau test ambil listrik dari fuse ECU yang ada di bagian mesin. Cabut sekering lalu masukkan kabel, karena feeling gak enak saya cabut kabel lalu pasang sekering lagi, ealah ternyata mobil gak mau hidup mesin nya cuma cranking bunyi stater saja.
Stop Lamp........ merupakan piranti penting di kendaraan untuk menghindari kejadian tabrak belakang. Piranti ini harus sering di cek fungsinya karena termasuk piranti keselamatan, sering kita temukan di jalanan kendaraan yang lampu rem nya tidak mupuni entah itu tidak menyala semua atau menyala hanya sebagian saja.
Bagaimana dengan Sigra yang baru saya beli? memang sih menyala semua dengan baik hanya saja dibagian tengah itu sepi sehingga saya berpikiran untuk pasang stop lamp tambahan dibagian tengah atas supaya bisa terlihat lebih jelas oleh kendaraan tinggi yang ada dibelakang mobil.
Sigra..... akhirnya setelah 1 tahun lebih tinggal di kota Balikpapan, kami memutuskan menambah armada roda 4. Dengan pertimbangan 3 orang anak sudah full sekolah tatap muka dengan jam pulang sore dan kadang berbeda jam pulangnya serta yang paling penting adalah membantu istri antar jemput supaya tidak kelelahan di jalan. Kriteria utama adalah mobil 7 seater mengingat saat ini sudah ada Karimun Wagon yang sudah menemani kami selama 3 tahun.
Ban depan..... setelah 3 tahun mengaspal sejauh 24,600 km ban bawaan GT Radial Champiro Eco bagian depan sudah waktunya diganti, terlihat sekali dengan adanya kebotakan di sisi luar ban dan bagian tengah sudah habis rata sampai TWI nya (mohon maaf kelupaan saya foto). Performance juga semakin memburuk karena sudah sering selip di jalan beton menanjak dikala hujan.
Setelah browsing-browsing dan mencari ban yang gradenya diatas Champiro Eco, Continental Comfort Contact CC6 menjadi pilihan dan terpaksa ditebus dengan harga relatif tinggi dari Jakarta karena penggantian dilakukan di Balikpapan. Sebenarnya saya cari Dunlop LM series cuma kok tidak ada di toko ban incaran saya ini, sekalian juga mencoba brand lain selain Dunlop.
Silvi..... silver Livina sudah genap menemani selama 6 tahun sejak 2016 dimana dulu Silvi kami beli baru gres dari dealer. Setelah 3.5 tahun kami beli mobil lagi yaitu Karimun Wagon R untuk keperluan istri antar jemput sekolah. Sejak saat itulah sekitar akhir 2019 Livina saya berikan ke orang tua untuk mereka pakai sehari-hari sampai akhir April kemarin genap 6 tahun (61,973 km) kami jual.
Beberapa modifikasi sudah saya lakukan dan sebagian besar bisa ditelusuri di blog ini antara lain: installasi Broquet, pemasangan alis led depan belakang, retract kaca spion, penggantian head unit, pemasangan speaker di pintu belakang, pemasangan throttle body spacer, penggantian karet support shock belakang anti ambles, dan masih banyak lainnya.
Brebet atau loss power....... jadi gejala di Z900 milik kawan saya. Z900 nya keluaran 2017 dan teman saya beli kurang dari satu bulan yang lalu. Gejala yang dirasakan adalah setelah riding sekitar 1 jam lebih dan gas dibetot sampai 8,000 RPM tiba-tiba loss power. Saya jadi ingat dulu Ninja 650 juga mengalami hal yang sama di 5,000 - 6,000 RPM karena tangki yang berkarat (artikel bisa dilihat disini)
USD..... upside down shock absorber menjadi daya tarik sendiri untuk si Redex CB150X. Upside down atau bahasa kerennya inverted shock dimana as nya ada di bagian bawah (bagian yang berwarna chrome) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan conventional shock yang as nya berada diatas yang banyak dipakai oleh sepeda motor mayoritas di sini. USD memiliki keunggulan salah satunya pada stability ketika melibas jalan keriting, tidak seperti tipe conventional yang memiliki ayunan berlebih dibagian bawah segitiga bawah sehingga untuk mengatasinya sering diberikan tambahan shock stabilizer atau fork brace (artikel bisa dilihat disini).
 |
| USD CB150X dengan seal saver pendek |
CB150X..... si Redex ini sudah saya miliki sejak akhir 2021 lalu disaat pertama kali launching. Motor saya beli di Jakarta padahal domisili saya di Balikpapan (dinas pekerjaan), jadinya semenjak diantarkan motor saya inapkan di bengkel untuk pasang part modifikasi sambil menunggu STNK datang. Apa saja part yang disematkan di Redex (Red CB150X) ini? cekidot.....
Saklar Kanan....... jadi perhatian saya ketika CB150X ini launching karena absen nya fitur engine kill dan hazard, tentunya karena saya terbiasa menggunakan motor dengan kedua fitur tersebut. Setelah cari-cari di online store akhirnya dapat juga saklar kanan PCX hybrid yang cocok dengan saklar sebelah kirinya. Disini saya baru tahu juga ternyata ada matic yang punya engine kill switch, biasanya pada matic yang ada adalah sistem idling stop yang di hidup dan matikan.
Standar samping....... jadi piranti yang pasti ada di sepeda motor yang ada di pasaran tidak seperti standar tengah yang mana motor sport biasanya tidak ada. Redex si CB150X saya sangat terasa kalau standar sampingnya terlalu pendek sehingga posisi motor ketika menggunakan standar samping menjadi terlalu miring apalagi si Redex sudah ganti ban Maxxis meski sizenya sama dengan standar tapi profilenya malah lebih tinggi.
 |
| Bawaan yang kiri (terpasang), Honda Win yang kanan |
REDEX...... Honda CB150X berwarna merah ini akan menemani hari-hari saya bermotor kedepan menggantikan si Koneng Aerox 155 yang sudah berpindah tangan. Menarik juga sebenarnya kenapa kok saya bisa ambil motor ini, yaitu berawal dari ajakan sahabat saya ketika CB150X ini launching. Tadinya motor ini mau saya beli kemudian di jual lagi. Ketika saya coba iklankan CB150X, saya juga menawarkan si Koneng Aerox 155 ke teman di kantor juga. Ternyata malah lebih cepat lakunya si Koneng dibandingkan Redex. Setelah 1 bulanan Redex bertapa di bengkel langganan untuk modifikasi dan menunggu plat nomor keluar, akhirnya sampai juga di Balikpapan deh.
Koneng...... setelah 3-1/2" tahun bersama dan 21,000 km tibalah saatnya untuk berpisah. Sebenarnya yang saya put on sale adalah 1 motor baru lagi CB150X (yang belum ada namanya) dan RedZee, tapi berhubung teman gak jadi ambil RedZee jadinya malah si Koneng yang laku duluan. Koneng sebetulnya termasuk motor yang tidak rewel, desain yang keren, bagasi yang luas, tapi sayang top speed nya saja kurang tinggi. List oprekan bisa teman-teman search saja di blog ini.
